Diving

Diving
Marine

Rabu, 30 Maret 2011

aquaculture

DASAR-DASAR AKUAKULTUR

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai penduduk yang semakin hari semakin bertambah. Peledakan jumlah penduduk telah membawa akibat yang cukup luas diberbagai segi kehidupan manusia. Berbagai upaya telah ditempu untuk meningkatkan peroduksi pangan, dalam hal memenuhi kebutuhan gizi, terutama pada berasal dari hewani diantaranya pada ikan, akibatnya permintaan akan produk perikanan semakin meningkat, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mengembangkan usaha budidaya ikan.
Budidaya ikan sebenrnya sudah lama dikenal orang namun metode yang digunakan masih bersifat tradisional atau sederhana. Untuk meningktkan produksi
maka diprlukan pengembangan usaha budidaya ikan yang lebih intensif.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan dan kegunaan diadakannya peraktikum ini adalah :
  1. untuk membandingkan ilmu atau pengetahuan yang telah didapatkan di bangku perkuliahan dengan tempat diadakannya peraktek atau pada masyarakat.
  2. untuk mengenal sarana dan perasarana dalam pembudidayaan ikan maupun pembenihan ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persiapan
1. Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bamboo bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik (Rahman. 1990).
b. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya (Rahman. 1990).
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan (Rahman. 1990).
2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi) (Santoso 1993).
3. Pengeringan
Kolam dikeringkan agar kondisi kolam terbebas dari hama dan penyakit, tanpa adanya hama dan penykit ikan dapat tumbuh dengan cepat, kolam dikeringkan selama 10 hari, selain untuk membunuh hama dan penyakit pengeringan juga bertujuan untuk mengangin-anginkan celah atau pemukaan kolam, sehingga menjadi proses oksidasi gas-gas beracun, misalnya asam sulfide. Setelah dikeringkan selama 2 sampai 3 minggu, kolam diisi air hingga penuh dan didiamkan selama 2 hari dan kemudian kolam dikeringkan kembali hingga airnya bersih, dengan demikian, hma, kuman-kuman penyakit, dan racun-racun dapat terbuang bersama aliran air yang dikeluarkan (Rahmat. 1991)
4. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah, dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2. br (Rahmat. 1991)
5. Pemupukan
Pemupukan kolam sangat penting karena pemupukan dapat peningkatkan kesuburan kolam sehingga tumbuh-tumbuhan air atupun biota-biota air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh debgan baik. Pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi, (Suseno 1999)
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Hari ke-5 air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air
kolam tersebut ditebari benih ikan (Rahmat 1991).
2.2 Kualitas Air
Kualitas pada air sangatlah penting diperhatikan, karena air yang bersih sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • sumber air bukan berasal dari sungai yang digunakan untuk membuang limbah industri. Limbah industri yang sering mengandung zat-zat yang beracun yang dapat mematjkan ikan. Walaupun tidak mematikan, ikan yang bdipelihara akibat ikan yang dipelihara akan membawa akibat buruk bagi konsumen yang memakannya karma bahan kimia yang masih mengendap ditubuh ikan.
  • Sumber air bukan berasal dari comberan karma air comberan umumnya mengandung kuman-kuman penyakit yang dapat menyerang ikan.
  • Sumber air belum terpolusi oleh bahan-bahan yang berbahaya
Temperature air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangabn ikan. Temperature air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggfi atau terlalu rendah, dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Temperature air yang cocok untuk pertumbuhan ikanb adalah berkisar anara 150C-300C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 50C. perubahan suhu yang
mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan ikan (Rusdi 2001).
2.3 Organisme
Organisme yang dibudidayakan adalah jenis ikan mas. Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan cirri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relative panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.
5. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.. Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yangbanyakdibudidayakan.umantadinata, (http://iptek.apjii.or.id/budidaya%20perikanan/PEMD/Mas/css/Mas_1.html)
III. METODE PERAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek lapangan Dasar-dasar Aquakultur dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Maret 2008. Praktek ini dilaksanakan selama 6 jam mulai pukul 10.00 - 15.00 Wita. Bertempat di BBIS Tulo Kecamatan Dolo Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku dan pulpen. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tambak ikan mujair
dan ikan mas.
3.3 Cara Kerja
Pertama-tama kita mendatangi rumah warga yang mempunyai kolam, kemudian kita tanyakan jenis ikan apa yang dipelihara, pakan yang diberikan, hama apa yang biasanya menggangu, bibitnya diperoleh dari mana dan kapan tiap kali panen.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Hasil wawancara dengan peteni tambak
Pemilik tambak atas nama pak Rahman ukuran tambak yang dia miliki adalah 40X80 M luas persegi, ikan yang dibadidayakan yaitu jenis ikan mas, bibit yang ditebarkan sebanyak 300 ekor, pakan yang diberikan yaitu berupa ampas kelapa, jagung, dan nasi, pemberian pakan tida ada waktu tertentu, tergantung apa ada persedian pakan atau tidak. Tambak dapat dipanen berkisar 4-6 bulan (tergantung dari besar kecilnya ikan yang dibudidayakan), dalam 1 kg berat ikan dapat mencapai 3 sampai 4 ekor. Bibit diperoleh dari BBIS Tulo dan kalawala, bibit yang digunakan yaitu bibt yang berumur 1 bulan, cara pengeringan tambak menggunakan pipa paralon dengan cara ditanam di bawah pematang, di situlah tempat air keluar masuk, adapun hama yang mengganggu ikan mas tersebut yaitu, ikan lele, ikan gabus, dianggap mengganggu pertumbuhan ikan mas, aik bersaing dalam makanan, ikan lele dan gabus dapat melubangi pematang tambak sehingga menyebabkan bocor, setelah dipanen maka tambak dikeringkan selama 1 bulan selain untuk menyegarkan kembali tanah juga membunuh bibit ikan pemangsa, tambak tidakpernah dipupuk, diberikan pengapuran, untuk menggembalikan kesuburan tanah maka pak Rahman menanami tambaknya dengan kangkung, setelah itu baru diisi ikan lagi
B. Hasil wawancara dengan petugas balai benih ikan (BBI)
Ikan yang dibudidayakan yaitu ikan Lele (bikara), Nila gesit (wai-wai), dan ikan hias jenis ikan Koi dan Slayer.
Dalam persiapan lahanya yang pertama dikeringkan selama 10 hari, pengeringan dilakukan bertujuan untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar, kemudian dipupuk dengan pupuk urea atau pupuk kandang dengan dosis 1 meter persegi sebanyak 100 gr. Pupuk kandang sebanyak 500 gr persegi, penebaran benih dilakukan 3 hari setelah pemupukan, sebelum benih ditebarkan di tambak P1 pertama dulu di tampung dulu di bak pemijah selama 10 hari dengan ukuran 6X3 M, setelah berumur 2 minggu di tambak P1 maka dipindahkan ketambak P2 selama 2 minggu, setelah itu dipindahkan lagi ke tambak P3 sampai panen, total umur ikan Nila gesit mulai dari pemijahan sampai panen semuanya berumur 6 bulan, dengan berat badan 1 kg sebanyak 2 sampai 3 ekor.
Pemberian pakan yang dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pagi, siang, dan sore. Jenis pakan yang diberikan yaitu berupa pelet tenggelam dengan dosis ½ % dari berat badan ikan, pada waktu di tambak P1 pakan diberikan dengan cara hanya menaburkan pada pingiran tambak saja, karena ikan masih berukuran kecil daerah tempat mencari makanannya disekitaran pinggir kolam, dan ikan yang berukuran kecil belum mampu berenang mencapai dasar tambak sehingga diberikan makanan hanya di pinggiran tambak saja.
Adapun bibit yang diperoleh yaitu hasil dari pemijahan yang dilakukan di balai benih ikan sentral (BBIS) itu sendiri, dalam pemijahan ikan Mas, perbandingan berat badan induk betina dengan jantan adalah ½ kg, perkawinan dilakukan selama 2 malm dengan difasilitasi kakaban dan kappa sebagai tempat melekatnya telur, induk diberikan pakan berupa kuning telur. Pemijahan ikan wai-wai atau ikan Nila gesit perbandingan jantan dan betina adalah 1 banding 4, 1 jantan dan 4 betina, pada ikan Nila gesit tidak perlu lagi diberikan kakaban karena telur dierami dalam mulut. Dalam pemijahan yang dilakukan di balai benih ikan (BBI) dengan 24 betina, 10 jantan menghasilkan benih ikan sebanyak 23.000 selama 1 minggu.
Hama yang dapat menyeran pada ikan berupa Arbulus, dan Herina manancar. Penyakit ini menyerang tubuh ikan berupa bintik-bintik, cara untuk menanggulangi yaitu dengan cara pemberian pormalin pada tambak dengan dosis 20 liter air, ada juag hama Bebeasan (Notonecta) Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
Cara membedakan jenis kelamin pada ikan, apabila lubang pada perut ikan ada tig maka ikan tersebut menunjukan berjeniskelamin betina dan apa bila mempunyai dua lobng pada perut maka ikan tersebut menunjukan berjenis kelamin jantan, apabila suda dewasa kita dapat juga membedakannya dengan mengelus-elus perutnya, apabila mengeluarkan cairan putih berarti itu adalah ikan jantan dan apabila mengeluarkan warna kekuning-kunungan berarti itu menunjjukan ikan berjenis kelamin betina.
C. Hasil pengukuran oksigen (O2) terlarut pada tambak di BBI
NO
Waktu
hari/tanggal
Karbondoiksida
Akalitas
Sabtu /29-3
2008
CO2 bebas
(bening)
CO2 terlarut (meramuda)
PP
Alkalinity
Total
Alkanilitas
12.00 sampai
14.00
4
-
2,5
-
Kesedahan
Cmg/caco3
Oksigen
1 mg 102
Co dan mg
16
16
5,2
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktek yang dilaksanakan melalui wawancara di BBIS Tulo organisme yang dibudidayakan adalah ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila (Tilapia nilatica). Cara pembudidayaan masih bersifat tradisional dan sangat sederhana. Dalam pembudidayaan atau pemeliharaan ikan mas ini, harus memilih bibit yang baik . Dalam pembudidayaan ada dua bibit yang digunakan oleh petani tambak yaitu bibit tua dan bibit muda. Bibit yang digunakan dari segi umurnya berkisar 1 bulan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemilihan lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Pemupukan kolam sangat penting karena pemupukan dapat peningkatkan kesuburan kolam sehingga tumbuh-tumbuhan air atupun biota-biota air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh dengan baik
4. Pengapuran bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit.
5. Kolam dikeringkan agar kondisi kolam terbebas dari hama dan penyakit, tanpa
adanya hama dan penykit
4.2 Saran
Saran saya sebagai peraktikum, saya tujukan kepada pemerintah setempat agar memperhatikan petani tamabak yang pengolahannya secar tradisional, terutama pada pengairan atau sumber air, dan memberikan penyuluhan tentang pengelolaan yang baik, memberikan bantuan berupa obat-obatan, dan peralatan yang berhubungan dengan pembudidayaan ikan, agar petani tambak dapat maju dan berkembang sesuai apa yang kita harapkan bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. 1988. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas
dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988
Kordi, M.CH.. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak yokyakarta: Kanisius
Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam
Sinar Tani. 2 ,Juni 1990
Rahmat. 1992. Prospek Usaha Ikan Mas Menggiurkan Dan
Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992
Rukmana. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas
dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991
Rusdi. 2001. Kiat Bisnis Ikan Hias. PT. Bina Rena Pariwara (BRP), Jakarta
Santoso. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :Kanisius.
Sumantadinata. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di